PENGANTEN ADAT BETAWI

PENGANTEN ADAT BETAWI
Oleh : Yahya Andi Saputra

SEBELONNYE NIKE :

1. NGEDELENGIN

Berkeluarga atau membentuk sebuah keluarga sebagai suami istri bukanlah suatu yang diselenggarakan secara mendadak. Semuanya dapat terjadi melalui proses yang panjang. Pada masyarakat Betawi, untuk sampai pada tahap berume-rume, dikenal istilah ngedelengin; yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan missi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga.

Tempo doeloe ngedelengin terjadi kalau sebuah keluarga punya anak lelaki yang sudah dewasa, sudah kerja, dan pantas berumah tangga namun si jejaka tidak memperlihatkan hasrat untuk berumah tangga. Atau mungkin si jejaka tidak berani mendekati anak perawan padahal ia sudah ngebet. Orang tua si jejaka itu tentu saja kuatir dengan masa depan putranya. Ada dua cara ngedelengin; pertama ngintip dan kedua Mak comblang.

a. NGINTIP

Ngintip adalah proses ngedelengin yang dilakukan sendiri oleh sang jejaka. Dalam hal ini sang jejaka berupaya mencari dan menemukan gadis pilihannya. Jika jejak sudah merasa mantap dengan gadis pilihannya, maka ia segera mengutarakan langsung tentang keinginannya tersebut kepada kedua orang tuanya untuk segera mengikat sang gadis. Dulu di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis, bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh seorang pemuda. Tentu ini merupakan awal dari ngedelengin.

Orang tua atau keluarga yang mendapatkan di depan rumahnya digantungkan sepasang ikan bandeng, dengan sendirinya memaklumi bahwa anak perawannya mulai ada yang penuju. Berdasarkan itu, orang tua yang bersangkutan segera memberi aba-aba kepada gadisnya untuk berhati-hati dan membatasi pergaulan atau mungkin memingitnya, tidak peduli apakah anak gadisnya masih disebut sebagai anak pitik atau perawan masing bebulu sawan yang belum mengerti apa-apa. Pingitan itu dilakukan meskipun dia belum tahu siapa pemuda yang menaruh hati pada anak gadisnya. Maksud pemingitan bagi orang Betawi sebenarnya bukan dilarang keluar rumah. Tujuan sebenarnya adalah memberi pendidikan kepada anak perawannya berupa akidah, sopan-santun, dan yang penting lagi melatih masak-memasak. Kalau pendidikan ini sudah mantap maka keluarga si gadis akan lega melepas anaknya.

b. MAK COMBLANG

Mak Comblang adalah orang pinter dalam arti yang sebenarnya. Ia pandai melobi dan pandai menjual “dagangannya”. Orang tua si jejaka yang sudah merasa kuatir dengan masa depan putranya, akan segera menghubungi Mak comblang. Mak Comblang bertugas mencari perempuan calon mantu atau istilah Betawinya None Calon Mantu. Jika none calon mantu telah ditemukan, maka si jejaka akan diajak musyawarah untuk berumah tangga sebelum ketelanjuran disebut jejake tue atawa bujang lapuk. Bagi masyarakat Betawi, belum menikah pada usia tertentu akan menjadi bahan fitnah atau bahan gurauan tidak sedap di telinga yang bersangkutan.

Bagi orang Betawi sebenarnya siapa saja dapat menjadi Mak Comblang. Tapi sesuai dengan sebutannya yaitu Mak Comblang, maka dia adalah seorang perempuan yang telah berumur dan memiliki kelihaian cukup apik dalam menangkap mana sasaran yang benar-benar cocok dengan pesanan. Seorang Mak Comblang biasanya punya akses yang luas, sedemikian luasnya sehingga apa-apa yang dikemukakannya cukup absah bahkan 95 persen akurat tentang orang-orang di luar kampunya sendiri. Utamanya ia sudah punya daftar keluarga mana saja yang memiliki anak perawan dan siapa saja yang punya pengaruh di dalam keluarga tersebut.

Dengan kata lain Mak Comblang bagi orang Betawi adalah profesi. Setiap keluarga yang dikunjunginya pasti akan mengkaitkan dengan profesinya yaitu mencari sasaran anak perawan yang akan ditangkap. Sehingga sebuah keluarga yang dikunjungi akan menampilkan dan memperlihatkan anak gadisnya di hadapan Mak Comblang. Banyak cara untuk menampilkan anak gadis ke hadapan tamu, misalnya mengeluarkan pengetean bagi tamu dan tamunya adalah Mak Comblang sendiri. Setelah si gadis masuk, biasanya orang tuanya bercerita panjang lebar tentang kelebihan dan kebaikan anak gadisnya meskipun dengan gaya bahasa penuh kiasan.

“Mpok ngkali aje ude denger cerite orang, anak aye tu perawan nyang baek. Itu kan kate orang. Saye kendiri nyang jadi maknye, suka takut, kuatir. Orang kate biar die ude bise bikin sayur asem ame sambel terasi, tapi tamat Qur’annye baru tige kali. Jadi sekirenye kedatengan Mpok emang ade penuju, biar kate ni ati ade senengnye, kuatirnye masing gede aje buat ngelepasin anak kite. Maklum, takut ngecewain…”

Kalimat bersayap seperti itu akan kian gencar, terutama jika Mak Comblang memperlihatkan perhatian yang serius terhadap setiap kata yang diucapkan ibu si gadis. Seorang Mak Comblang yang sedang bertugas biasanya memang mendapat syarat atau pesan sponsor dalam mencari calon mantu. Syarat utama dan tidak bisa diabaikan adalah ketaatan beribadah dan kemampuan mengurus rumah. Ini bisa dilihat dari kebiasaan si gadis sejak dari rumah orang tuanya. Oleh karenanya obrolan antara Mak Comblang dan keluarga si gadis berkisar pada pengaruh agama Islam dalam kehidupan sehari-hari si gadis.

Seperti di sebut di atas, ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini memang selalu melibatkan pertisipasi pemuda. Maka anak-anak muda (putra-putri) memanfaatkannya sebagai sarana bertemu dan saling kenalan di antara mereka. Di sinilah para jejaka menyeleksi siapa yang disukainya dan begitu pula sebaliknya. Jika seorang pemuda tertarik pada seorang gadis sementara si gadis tidak memperlihatkan reaksi positif, maka sepulang dari keriaan itu si pemuda mencurahkan isi hati kepada orang tuanya. Orang tuanya kemudian mengutus Mak Comblang untuk ngedelengin sambil mengadakan pendekatan dengan berbagai cara.

Orang-orang tua pun bisa mempraktekkan ngedelengin meski hanya pada tahap awalnya saja. Peristiwanya tentu pada saat ada keriaan. Orang tua memasang mata mencari sasaran yaitu calon none mantu yang cocok di antara sekian banyak gadis yang melibatkan diri dalam kesibukan. Jika dirasa ada yang pas, maka ia akan mengutus Mak Comblang meneruskan apa yang telah diawalinya itu.

Sejak Mak Comblang menyatakan kesediannya melaksanakan tugas, maka saat itulah sebenarnya dimulai apa yang disebut acare ngedelengin yang sesungguhnya. Mak Comblang mulai berkunjung ke rumah keluarga yang menjadi sasaran. Biasanya Mak Comblang akan diterima oleh ibu si gadis. Obrolan antara mereka tidak to the point, kecuali jika antara Mak Comblang dengan ibu si gadis sudah kenal dekat. Jika Mak Comblang mendapat isyarat bahwa pembicaraan sudah mengarah ke jalurnya sebenarnya, dengan sendirinya obrolan akan mengarah kepada maksud dan tujuan utama.

“Ngomong-ngomong, mane sih anak ayam kite?” Begitu biasanya Mak Comblang memeulai memfokuskan pembicaraan. Sesuai adat Betawi, dengan pertanyaan Mak Comblang itu, ibu si gadis wajib memanggil putrinya untuk menemui Mak Comblang. Pertanyaan Mak Comblang sebagai pertanda bahwa gadis yang jadi bahan pembicaraan sudah masuk dalam nominasi. Gadis ini bisa dicalonkan sebagai menantu dari orang yang memberinya tugas. Walaupun mungkin Mak Comblang masih memiliki calon lain, ia wajib memberikan uang sembe (disebutnye uang sembe ngedelengin di dalam amplop atau angpaw) langsung kepada gadis yang ada dihadapannya. Uang sembe ini memang sudah disiapkan oleh orang yang menugaskannya. Biasanya walaupun dengan malu-malu, uang sembe itu diterima si gadis sambil mencium tangan Mak Comblang.

Uang sembe sifatnya tidak mengikat. Uang itu utamanya sebagai tanda perkenalan dan silaturrahim saja. Uang sembe ini akan terus diberikan Mak Comblang kepada si gadis (None Calon Mantu) setiap datang. Ini berlangsung terus sampai tercapainya kesepakatan untuk meningkatkannya dari ngedelengin ke Acare Ngelamar.

Jika karena sesuatu dan lain hal pihak keluarga lelaki (identitasnya selalu dirahasiakan) tidak sependapat dengan tawaran Mak Comblang, pada kedatangan yang kedua Mak Comblang wajib menyatakan pembatalan dengan segala kemampuannya sehingga tidak mengecewakan pihak si gadis. Oleh karena persoalan hati nurani seperti inilah maka pekerjaan Mak Comblang bukanlah sebuah profesi yang mudah dan ringan. Ia justru memerlukan keahlian khusus, terutama keahlian meracik kalimat menjadi enak didengar dan mampu memberi pengertian sekaligus menghipnotis lawan bicaranya. Sesungguhnya, Mak Comblang memang orang yang dihormati oleh masyarakat Betawi.

Dalam Ngedelengin bukan tidak mungin terjadi dua atau tiga Mak Comblang yang datang untuk seorang gadis yang sama. Jika ini terjadi, maka tiap Mak Comblang punya kesempatan sama untuk mencoba merebut hati si gadis maupun orang tuanya. Kompetitif sekali sifatnya dan memang begitu seharusnya. Jadi serorang gadis akan banyak sekali menerima uang sembe ngedelengin karena uang itu tidak mengikat.

Dalam situasi begini peran Mak Comblang sangat strategis. Dia akan berupaya mengarahkan pilihan orang tua si gadis dengan mengekspose kelebihan dan keunggulan pemuda dan keluarga yang diwakilinya. Dari kompetisi itu akhirnya hanya ada satu yang diterima. Sementara itu bagi Mak Comblang yang calonnya ditolak harus berlapang dada dan tidak berusaha dengan menggunakan black magic. Pokoknya tidak ada pihak yang merasa dihina dan disakiti.

Bagi Mak Comblang yang diterima akan meningkatkan kegiatannya dan keluarga yang mengutusnya meningkatkan pula suplai kebutuhan percomblangan itu. Sang jejaka pun sudah berani datang untuk ngelancong. Ngelancong pertama kali biasanya si jejaka ditemani oleh temannya, karena ia belum berani datang sendiri. Dalam ngelancong jejaka tidak bertemu secara langsung dengan gadis demenannya (pujaannya). Ia disambut oleh ayah si gadis dan diantara keduanya terjadi pembicaraan yang sifatnya saling menjajagi. Jika si jejaka ingin menyapa atau berbicara, maka pembicaraan dapat dilakukan memalui jendela intip atau jendela jejaka. Jendela ini memang selalu ada pada rumah-rumah Betawi asli. Jika sampai waktu penentuan ngelamar, maka Mak Comblang akan menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan jadi bawaan ngelamar. Sampai di sini dilanjutkan dengan acare ngelamar

NGELAMAR

Bagi orang Betawi ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (Calon Tuan Mantu) kepada pihak keluarga wanita (Calon None Mantu), dan ditegaskan bahwa Si Fulan sangat berhasrat mempersunting dan memperistrikan Fulanah. Saat itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut.

Sesuai dengan adat dan tradisi Betawi, harus dipersiapkan bawaan pokok yang ada pada waktu ngelamar, antara lain :

Sirih Lamaran dan dibeberapa tempat dikenal dengan nama sirih embun, ini bawaan pertama dan utama yang wajib sifatnya. Bawaan ini sebagai lambang kegembiraan pihak keluarga dan orang tua laki-laki, karena tahap ngedelengin telah sampai pada tahap ngelamar. Dia juga merupakan lambang kehormatan dan penghargaan terhadap keluarga pihak orang tua gadis dan tentu saja gadisnya sendiri yang memiliki keanggunan dan terpelihara moral dan akidahnya. Perlengkapan Sirih Lamaran terdiri atas : Nampan kuningan, kalau sekarang nampan apa saja berbentuk bulat, lonjong atau persegi. Kertas minyak berwarna cerah untuk alas napan dibentuk berenda-renda. Daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak warna-warni. Sirih tampi, yaitu sirih yang telah diisi dengan rempah-rempah untuk nyirih (kapur, gambir, pinang). Bunga rampai tujuh rupa. Tembakau yang sudah dihias berbagai bentuk.

Pisang raja jumlahnya dua sisir. Pisang raja menjadi pilihan utama karena pisang ini adalah pisang terbaik di antara pisang-pisang lain dan kuat atau dapat bertahan dalam beberapa hari. Ujung pisang rajanya dibungkus atau dibuatkan topi dengan warna kuning atau merah atau warna emas dan metalik. Pisang ini pun diletakkan di atas nampan seperti meletkakan Sirih Lamaran di atas.

Roti tawar. Roti pada jaman dahulu termasuk makanan istimewa yang sukar didapat dan hanya dimakan oleh orang-orang tertentu. Roti atau ruti ini pun diletakkan di atas nampan dihias kertas warna-warni. Keberadaan ruti ini sama halnya dengan pisang raja, artinya mutlak harus dibawa. Pasangan pisang raja dan roti tawar disebut ruti-pisang.
Sirop (umumnya berwarna merah jumlah tiga botol). Sirop yang rasanya manis ini diharapkan menjadi lambang akan terbentuknya hubungan antar keluarga yang manis dan rukun. Ada kebiasaan bagi orang Betawi memakan roti tawar ditaburi atau ditutul dengan sirop. Sirop ini dimasukan dalam bongsang diikat rapi diberi dekorasi dengan kertas krep warna-warni.

Hadiah pelengkap. Selain persyaratan utama, dibwa juga hadiah pelengkap. Hadiah ini pada dasarnya merupakan pemberian dari saudara kandung kedua orang tua Calon Tuan Mantu atau dari saudara kandung si calon yang telah berkeluarga. Hadiah tersebut dapat berupa bahan baju kebaya, kain Batik Tige Negeri, kain panjang, perlengkapan kosmetika, selop dan sebagainya. Hadiah ini utamanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atau menambah rasa kegembiraan dan terima kasih atas diterimanya keponakan atau saudaranya oleh pihak Calon None Mantu.

Para utusan. Utusan untuk menyampaikan antaran lamaran ini terdiri atas :

Mak Comblang. Ia adalah orang yang paling besar tugas dan tanggung jawabnya sehingga rombongan Calon Tuan Mantu sampai pada tahap ngelamar. Saat ngelamar ini ia bertugas membuka pembicaraan awal sehingga dialog antara pihak Calon Tuan Mantu dengan pihak Calon None Mantu berjalan penuh kekeluargaan dan kegembiraan.

Wakil Calon. Dua pasang wakil orang tua dari Calon Tuan Mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan sepasang dari wakil keluarga bapak. Dulu orang Betawi mengutamakan utasan ini adalah keluarga yang sudah jadi haji atau yang memahami masalah-masalah keagamaan, dengan harapan apabila pembicaraan sampai pada tahap tande putus, semua perencanaan ke depan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Kehadiran pihak keluarga ibu maupun pihak keluarga bapak dari Calon Tuan Mantu dalam rombongan utusan ngelamar ini merupakan pertanda bahwa pihak yang diwakili telah menyetujui rencana dan pelaksanaan lamaran. Dengan ini pula diharapkan nantinya lamaran akan sampai pada tahap pernikahan dan pada saatnya nanti keluarga baru itu akan membina keluarganya menjadi keluarga sakinah yang langgeng penuh kasih sayang serta saling hormat-menghormati.

Dari pihak Calon None Mantu diharapkan hadir pula orang-orang yang memiliki hubungan serupa dengan pihak Calon Tuan Mantu. Hal ini sebagai lambang bahwa kedatangan utusan orang tua Calon Tuan Mantu diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Calon None Mantu.

Tatkala rombongan utusan ngelamar telah berada dalam rumah dan bersama-sama duduk dengan tuan rumah, maka pembuka acara adalah Mak Comblang. Contoh dialog sederhananya sebagai berikut (MC : Mak Comblang, WTR : Wakil Tuan Rumah):

MC : Assalamu’alaikmu wt. Wb.
Hadirin : Walaikum salam Wr. Wb.
MC : Audzubillahiminasysyaitonirrijiem. Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi rabbil ‘alamien, wabihi nastaien, ‘ala umuuriddudya waddien, wassolatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyai walmursalin, wa’ala alihi wasohbihi ajmaien. Amma ba’du. Kite bersyukur kepada Allah, bahwa saat ini kite bersame masih diberi nikmat sehat wal afiat sehingga kite masih bisa bersilaturrahmi ditempat yang mulia ini dalem suasana gembira penuh persaudaraan. Saye ngucapin beribu-ribu terime kasih yang mane kite diterima dengan ikhlas hati di rume ini. Rasenye rume ini jadi rume saye sendiri. Saye pada saat ini hari, dateng bersame rombongan dan wakil orang tua calon Tuan Mantu bermaksud mao nerusin omongan nyang dulu-dulu, nyang waktu itu saye ame nyang empunye rume ude paketan, bahwa saye bole dateng ngelamar kemari. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

WTR : (Biasanya tuan rumah pun memulai pembicaraan dengan ucapan salam dan hamdalah, baru kemudian menjawab maksud tetamunya). Saye atas nama dan selaku wakil dari orang tua Calon None Mantu nyampein salam takzim dan ucapan terime kasih bahwa Empok, misalnya, Hj. Jamilah bersame-same rombongan nyang terhormat ude mao nyampe dan masuk ke gubuk kite nyang rombeng ini. Ini tentunye suatu kehormatan nyang luar biase dan belon tentu bise kite bales dengan baek, kecuali kite minte kepada Allah SWT semoge acare ngelamar nyang saye wakilin hari ini mendapet ridlo Allah. Berhubung rume kite di sini rade sempit, kirenye dimaapin segale penerimaan kite yang kurang. Sekirenye Allah ude tentuin nyang kite bakal menjadi keluarga besar, emang kagak ade nyang dapet ngalangin keputusannye Allah. Ini emang nyang baek. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(Seluruh yang hadir terutama pihak Calon None Mantu akan mengangguk tanda setuju. Air muka mereka pun kelihatan cerah dan gembira. Jawaban seperti ini biasanya pertanda baik dan kiasan bahwa lamaran akan diterima).

MC : Alhamdulillah. Seudenye kita same-same denger nyang di sini ude bersedie nerima lamaran kita. Mengka itu Mpok dan Abang wakil tuan rume semue bise ngeliat, nih, nyang kite ude bebawaan antaranye sirih lamaran komplit ame perangkatnye. (Mak Comblang menarik nafas panjang dan sambil membetulkan kudungannya dilanjutkan omongannya). Tapi sebelonnye bebawaan ini diterime, mohon maaf sebesar-besarnye sekirenye saye bermaksud mao nanya sedikit …

WTR : Nanya ape, Pok? Sekire kite tau, tentu kite kasi tau. Tapi sekirenye kite nggak tau, maapin aje, engkali emang pengetahuan kite segitu-gitunye.

MC : Kite nyang dari jau nyampe kemari, tapi ngomomg-ngomong mane die Calon None Mantu kite? Yah… orang kate Ncang dan Ncing Calon Tuan Mantu nyang ikut beserte saye kesini pengen belajar kenal ame Calon None Mantu. Ape bole?

WTR : O... itu? Boleh, boleh! (Lalu Calon None Mantu dijemput ke ruang dalam oleh salah seorang keluarganya yang kemudian mengiringinya menemui wakil keluarga Calon Tuan Mantu. Calon None Mantu memakai busana None Betawi. Duduk sebentar di samping wakil orang tuanya, setelah diperkenalkan ia dipersilahkan melakukan sembe takzim kepada semua wakil utusan. Sebaliknya seluruh wakil utusan Calon Tuan Mantu berkewajiban memberikan uang sembah lamaran yang sudah disipkan di dalam amplop atau angpau berwarna merah putih. Setelah None Calon Mantu selesai melakukan sembe takzim, semua barang bawaan ngelamar diserahkan kepada wakil tuan rumah dan dibawa ke dalam secara estafet. Setelah barang bawaan ngelamar dibawa masuk, dikeluarkan pengetean. Sambil menikmati pengetean itu, kedua belah pihak ngobrol atau berkenalan lebih jauh. Di ujung obrolan itu biasanya direncanakan kesepakatan acara bawa tande putus. Sampai di sini peranan Mak Comblang yang selama ini sangat dominan dianggap selesai).

BAWE TANDE PUTUS

TANDA putus disebut juga Tundangan, bisa berupa apa saja. Namun orang Betawi biasanya memberaikan tande putus dengan cingkrem atau sebuah cincin. Cincin yang diberikan berbentuk Cincin Belah Rotan. Tande putus artinya bahwa None Calon Mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan Acare Akad Nikah.

Menikah atau akad nikah dalam Islam memang harus disegerakan. Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acare ngelamar pada hari Rabu dan acare bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Dalam ngelamar utusan yang datang sebagai wakil Tuan Calon Mantu berpesan : “Insya Allah, sampe ketemu Rebo lagi!”

Kebiasaan ini terjadi karena uang belanja perkawinan yang diserahkan pada acare bawa tande putus itu diharapkan dapat digunakan pada hari Jum’at (minggu yang sama) untuk pelaksanaan akad nikah. Alasan mengapa orang Betawi memilih hari Jum’at karena pada hari itu orang Betawi tidak pergi jauh-jauh dari rumahnya mengingat ada kewajiban shalat Jum’at. Dalam kaitannya dengan perkawinan, diharapkan setelah shalat Jum’at seluruh sanak keluarga, tetangga, dan undangan akan hadir memberikan doa selamat kepada pengantin. Ini juga berkaitan dengan ajaran Islam bahwa semakin banyak orang yang mengetahui dan mendoakan, semakin baik bagi pengantin.

Acare bawa tande putus dilaksanakan semingu setelah ngelamar. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga Calon None Mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acare bawa tande putus itu dibicarakan :

1. mahar atau mas kawin yang diminta; 2. Nilai uang belanja yang diperlukan untuk resepsi pernikahan; 3. Kekudang (makanan atau barang yang sangat disukai) yang diminta; 4. Pelangke atau pelangkah kalau ada abang/empok yang dilangkahi; 5. Waktu penyelenggaraan pernikahan; 6. Berapa perangkat pakaian upacara perkawinakan yang digunakan oleh Calon None Mantu pada acara rame-rame atau resepsi.

Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak Calon None Mantu, seorang utusan dari keluarga Calon Tuan Mantu akan segera memahami berapa jumlah biaya yang diperlukan. Biasanya merupakan hasil kelipatan sepuluh dari harga mas kawin.

Adapun ketika menyebut mahar/mas kawin, orang Betawi punya tata krama tersendiri. Dia tidak akan menyebut langsung apa dan berapa permintaan yang diinginkan. Biasanya pihak Calon None Mantu mengutarakannya dengan gaya bahasa atau ungkapan yang tersirat. Misalnya : “None kite mintenye Mate Bandeng seperangkat”. Itu berarti Calon None Mantu menghendaki mas kawin seperangkat perhiasan emas bermata berlian. Jika pihak Calon None Mantu menyatakan : “None kite mintenye Mate Kembung seperangkat”. Artinya mas kawin yang diminta adalah perhiasan emas bermata intan tulen seperangkat.

Jadi seperti telah disebut di atas, belanja resepsi perkawinan dapat diperkirakan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin. Maka dengan sendirinya utusan pihak Calon Tuan Mantu harus memahami kata-kata bersayap termasuk semua masalah yang terkait di dalamnya (Dahulu ada kebiasaan calon tuan mantu mengajak plesir calon none mantu ke pasar malam atau pada tahun baru Cina dan pada perayaan Cap Go Meh. Jika calon tuan mantu tidak mengajak plesir calon none mantu pada hari-hari itu, maka calon tuan mantu mendapat cap negatif, misalnya disebut “buntut gasir”, “tulang kuning”, dan sebagainya. Maka itu seorang calon tuan mantu yang baik akan memberikan perhatian khusus kepada calon none mantu pada hari-hari tersebut).

Seudenye Acare Bawa Tande Putus, kedua belah pihak menunggu dan mempersiapkan keperluan pelaksanaan Acare Akad Nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara None Calon Mantu yang disebut dengan piare calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau ada juga yang menyebut dukun penganten. Biasanya tukang piara penganten adalah jabatan rangkap dari Mak Comblang.

PIARE CALON NONE PENGANTEN

Masa dipiare yaitu masa Calon None Mantu (pengantin wanita) dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan Calon None Mantu (pengantin wanita) untuk menghadapi hari akad nikah nanti.

Selama dipiare ini Calon None Mantu diharuskan memakai baju terbalik (kain sarung dan kebaya longgar ukuran ¾ lengan), sebagai lambang tulak bala. Bahkan juga dilarang mengganti bajunya. Kalau gemuk, makan dan minumnya diatur (diet), tidak boleh makan makanan yang digoreng. Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang dibakar/dipanggang. Diharuskan minum jamu godok dan jamu air secang. Seluruh tubuhnya diurut dan dilulur sekali sehari. Dilarang mandi dan ngaca/bercermin. Diharuskan benyak berzikir, membaca shalawat dan membaca surah Yusuf. Dulu calon pengantin wanita giginya digosok/dipapat agar rata, sekarang tidak lagi.

MANDI KEMBANG

Acare mandiin calon pengantin wanita . Sehari sebelum akad nikah.

Pertama : calon pengantin wanita (None Mantu) memohon izin dan doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan acara mandi sebagai salah satu persiapan menuju pernikahan esok hari, dengan harapan semoga selama mengarungi hidup berumah tangga tetap berada dalam lindungan dan petunjuk Allah.

Kedua : calon pengantin wanita (None Mantu) mengganti bajunya dengan mengenakan kemben dan kebaya tipis serta kerudung tipis. Rambutnya digelung dengan sanggul biasa. Seluruh tubuhnya masih berlulur.

Ketiga : calon pengantin wanita didudukkan di kursi yang berlobang dan dibawah kursi diletakkan pedupaan yang mengepulkan asap setanggi/kayu gaharu, tujuannya agar setelah mandi nanti tubuh calon pengantin mengeluarkan bau harum kayu gaharu yang alamiah.

Keempat : calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piara dengan air kembang setaman. Tukang piara biasanya dibantu atau direcokin oleh keluarga (ibu, nenek, kakak/adik perempuan). Sambil memandikan, tukang piara tidak henti membaca shalawat dan berzikir.

Peralatan yang harus disediakan oleh tukang piare adalah :

a. Kembang setaman (kembang rampe); b. Ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, irisan daun pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, dsb; c.Paso dari tanah; d. Kursi rotan bolong-bolong; e. Tikar pandan atau kain untuk penutup [Bersambung].

MALEM PACAR

Acare ngerik dan malem pacar. Pukul 19.00 WIB. Alat-alat yang digunakan :

a. Kain putih ukuran 2 meter
b. Kembang setaman
c. Air putih dalam cawan dicampur dengan satu atau dua kuntum mawar dan bunga melati secukupnya
d. Pedupaan dan setanggi/gaharu
e. Alat cukur
f. Dua keping uang logam
g. Tempat sirih lengkap dengan isinya
h. Pacar secukupnya.

Acara ngerik yaitu acara membersihkan/mencukur bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piara akan membuatkan centung pada rambut di kedua sisi pipi di depan telinga. Acara malam pacar adalah acara memakaikan pacar pada kuku tangan dan kuku kaki calon pengantin wanita. Ini dilakukan oleh tukang piara dan keluarga serta teman-teman wanita calon pengantin.

Urutan kegiatannya adalah : pertama, calon pengantin wanita (None Mantu) memakai pakaian none Betawi, sebab ini adalah malam terakhir baginya menjadi none Betawi. Esok hari atau malam ia sudah menjadi seorang nyonya. Kedua, calon pengantin wanita (None Mantu) didudukkan di atas kain putih. Ketiga, calon pengantin wanita dikerik dan dibuatkan centung oleh tukang piara. Keempat, calon pengantin wanita dipakaikan pacar oleh tukang piara, ibu, keluarga/famili wanita, dan teman-teman wanita si calon pengantin. Semuanya dilakukan dengan penuh canda ria dan kekeluargaan.

Acare tangas atau acare kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuannya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit di tubuh Calon None Mantu. Hasil akhir dari tangas ini adalah :

1. Tubuh None Mantu (calon pengantin wanita) akan harum sebab aroma mangir dan jamu yang dilulur dan diminumnya selama dipiara sudah berbaur dengan wangi gaharu yang akan keluar dari tubuh calon pengantin.

2. Calon pengantin wanita tidak akan berkeringat ketika dirias atau saat duduk di puade/pelaminan.

Kembang setaman dan segenap ramuan dimasak dengan air sampai mendidih lalu dituang ke dalam paso. Calon None Mantu duduk di atas kursi rotan bolong-bolong dan dibawah kursi itu ditaruh paso yang mengepulkan asap/uap. Calon pengantin dikerudungi atau ditutupi dengan kain/tikar pandan dengan kelebaran 1 x 1 meter, atasnya ditutup dengan kain agar uap ramuan tidak keluar tertiup angin. Ini dikerjakan maksimal, artinya sampai tukang piare yakin bahwa aroma ramuan telah meresap ke tubuh calon pengantin.

Malem mangkat/Malem Bumbu/Malem Ngeracik

Sementara itu kegiatan di rumah Calon Tuan Mantu (calon pengantin pria) disebut malem nyerondeng. Di beberapa tempat disebut juga malem bungkus-bungkus, malem goreng ikan, dan lain-lain. Pada malam itu pihak calon pengantin pria mempersiapkan semua kebutuhan serah-serahan. Biasanya yang membantu adalah para pemuda (pria dan wanita) teman Calon Tuan Mantu. Mereka sibuk membuat pesalin, mendekor nampan kue (kuenya antara lain dodol, wajik, geplak, uli, dan lain-lain), menghias peti sie, membuat dan menghias miniatur masjid, dan sebagainya. Buah-buahnnya pun dihias sedemikian rupa sehingga enak dilihat. Itu sebabnya persiapan pada malam itu disebut malam bungkus-bungkus, yaitu membungkus seluruh serah-serahan yang ada yang esok hari akan dibawa ke rumah Calon None Mantu. Kegiatan bungkus-membungkus dan mendekor ini sampai larut malam, sampai semuanya selesai dibungkus.

Bantuan untuk serah-serahan disumbangkan pula oleh para tetangga sekitar. Bantuan itu biasanya dalam bentuk kue khas Betawi dan buah-buahan atau parsel berbagai jenis dan ukuran.

Sumber : www.kampungbetawi.com

Comments